:

14 Desember 2007

Pembeli Istimewa

Pada suatu hari, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli kue tart. Sudah pasti si pengemis ini tak tahu banyak tentang kue tart, yang dia tahu kue tart adalah kue yang biasa digunakan untuk pesta ulang tahun para orang berpunya. Namun, kali ini si pengemis tak bisa menghindari permintaan sang isteri yang tengah hamil muda dan menginginkan hal yang tak biasa, makan kue tart paling enak! “Ini permintaan jabang bayi,” rayu sang isteri yang tengah ngidam itu.

Maka, dengan “pakaian kerja” yang lusuh dan compang-camping, si pengemis pun mendatangi toko kue yang paling terkenal di kotanya. Bukan main terkejutnya si pelayan kala melihat pelanggan yang begitu sederhana, hadir di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu, dengan terburu-buru ia membungkus sepotong kue tart rasa coklat. Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan kue tart itu kepada si pengemis, muncul si pemilik toko dan berseru, “Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya!” katanya seraya menyerahkan bungkusan berisi kue tart itu kepada si pengemis.
Si pengemis memberikan pembayarannya. Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, si pemilik toko membungkuk hormat dan berkata, “Terima kasih atas kunjungan Anda.”
Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko, “Mengapa harus Tuan sendiri yang menyerahkan kue itu? Setahu saya, Tuan belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli.”
Si pemilik toko itu berkata, “Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pembeli istimewa tadi. Aku ingin langsung menyatakan terima kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali ini lain.”
“Mengapa lain?” tanya pelayan itu.
“Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan kue tart bikinan kita, sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan kue tart itu. Saya tahu, kue tart itu sangat penting baginya. Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa aku melayaninya,” demikian penjelasan sang pemilik toko.
Begitulah, sang pemilik toko yang bijak itu mengajarkan kepada anak buahnya bahwa setiap pembeli atau pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama. Nilai seorang pembeli bukan ditentukan oleh prestis pribadinya atau besarnya pembelian.
Begitu pula dalam hidup kita. Tak ada salahnya kita memberikan penghargaan kepada sesama karena perilaku serta niat baiknya dan bukan karena penampilan fisik semata.



[+/-] Selengkapnya...


Tidak ada komentar: