:

27 November 2008

Tipe Pola Asuh Bentuk Kepribadian Anak

Memasuki gerbang sekolah dasar adalah satu langkah baru bagi anak, yang menandakan dimulainya pendidikan yang sebenarnya. Dan pada masa ini, peran orangtua sangatlah dibutuhkan. Selain sebagai filter yang akan membantu anak untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, peran orang tua dalam mengasuh anak dapat membentuk kepribadian si buah hati.
Pada umumnya ada 3 macam tipe pola asuh yang lazim dilakukan oleh orangtua di Indonesia. Yakni otoriter, permisif, dan demokratis.
Pada pola asuh otoriter, biasanya orangtualah yang menentukan semuanya. Orangtua menganggap semua yang mereka katakan adalah yang paling benar dan paling baik. Anak dianggap tak tahu apa-apa. Orangtua tak pernah mendorong anak untuk mandiri dan mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan si anak. Orangtua hanya mengatakan apa yang harus atau tidak dilakukan dan tak menjelaskan mengapa hal itu harus atau tidak dilakukan.
Sedangkan pada pola asuh yang permisif, orangtua cenderung membiarkan anak berkembang dengan sendirinya. Orangtua tak memberikan rambu-rambu apa pun kepada anak. Yang ada hanyalah rambu-rambu dari lingkungan. Sehingga anak-anak cenderung bertindak semaunya.
Di sisi lain, pola asuh demokratis menggunakan penjelasan mengapa sesuatu boleh atau tidak dilakukan. Di sini orangtua terbuka untuk berdiskusi dengan anak. Karena orangtua melihat anak sebagai individu yang patut didengar, dihargai, dan diberi kesempatan.
Dari ketiga pola asuh tersebut, tak ada salah satunya yang menduduki peringkat pertama. Akan tetapi, menurut para psikolog, untuk menemukan tipe pola asuh yang ideal, orang tua harus mengkombinasikan 3 tipe cara pengasuhan tersebut.
Karena dengan mengkombinasikan ketiganya, orangtua tahu kapan boleh membiarkan anak, kapan harus bersikap demokratis, dan kapan harus menggunakan hak prerogatif mereka sebagai orangtua. Misalnya, ketika anak tetap ngotot melakukan sesuatu yang salah, padahal orangtua sudah memberi tahu dan menjelaskannya, maka pada saat itu orangtua bisa bersikap otoriter karena anak belum tahu bahaya yang akan dihadapi bila ia melakukan perbuatan tersebut.
Melalui kelebihan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orangtua, anak dapat belajar banyak tentang apa yang harus dilakukan dan apa konsekuensi dari segala tindakan yang dilakukannya.
Pengimplementasian pola asuh ini semakin perlu dirasakan, apalagi dalam menghadapi zaman era globalisasi, yang menuntut tanggung jawab orangtua menjadi jauh lebih berat. Sebab dalam perjalanan pendidikannya, anak terus dicekoki dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi yang tak kunjung jalan di tempat.
Karena itulah, orangtua tidak boleh bosan untuk selalu mencari informasi dan ilmu-ilmu baru dengan memanfaatkan berbagai media. Mulai dari buku, surat kabar, internet hingga mempelajari aspek-aspek nilai kehidupan yang selalu berkembang dan tidak statis. Sebab tanpa peran aktif ini, orangtua takkan bisa mengimbangi pengetahuan dan ilmu yang anak bisa peroleh dari berbagai sumber. Tapi ingat, dalam menerapkan pola asuh itu, jangan sampai lupa, bahwa anak adalah manusia yang bukan hanya mempunyai pikiran, tapi juga perasaan. Karena itulah orangtua harus mengembangkan seluruh aspek-aspek perkembangan agar anak bisa menjadi satu pribadi yang kuat, baik dalam hal intelektual, emosional, dan sosial.

Tidak ada komentar: