:

28 Januari 2009

Pondok Cina

Dulu dan Sekarang

Menyambut Tahun Baru Cina atau Gong Xi Fa Cai, tak ada salahnya jika kita mengulik kembali sejarah keberadaan etnis Cina di Kota Depok. Ya, siapa yang menyangka, Pondok Cina yang dulunya hanya hamparan perkebunan dan semak-semak belantara yang bernama Kampung Bojong, kini begitu ramai.


Beberapa cerita menyatakan, awalnya Depok merupakan sebuah dusun terpencil di tengah hutan belantara dan semak belukar. Pada tanggal 18 Mei 1696 seorang pejabat tinggi VOC, Cornelis Chastelein, membeli tanah yang meliputi daerah Depok serta sedikit wilayah Jakarta Selatan dan Ratujaya, Bojonggede. Di sana ditempatkan budak-budak dan pengikutnya bersama penduduk asli. Tahun 1871 Pemerintahan Belanda menjadikan daerah Depok sebagai daerah yang memiliki karesidenan sendiri. Sebagai daerah baru, Depok menarik minat pedagang-pedagang Tionghoa untuk berjualan di sana. Namun Cornelis Chastelein pernah membuat peraturan bahwa orang-orang Cina tidak boleh tinggal di kota Depok. Mereka hanya boleh berdagang, tapi tidak boleh tinggal. Ini tentu menyulitkan mereka. Mengingat saat itu perjalanan dari Depok ke Jakarta bisa memakan waktu setengah hari. Untuk mengatasi kesulitan transportasi, pedagang-pedagang tersebut membuat termpat transit di luar wilayah Depok, yang bernama Kampung Bojong. Mereka berkumpul dan mendirikan pondok-pondok sederhana di sekitar wilayah tersebut. Dari sini mulai muncul nama Pondok Cina.
Ada pula cerita yang menyebutkan, daerah Pondok Cina dulunya bernama Kampung Bojong. Sebutan Pondok Cina berawal ketika orang-orang keturunan Tionghoa datang untuk berdagang ke pasar Depok. Pedagang-pedagang itu datang menjelang matahari terbenam. Karena sampainya malam hari, mereka istirahat dahulu dengan membuat pondok-pondok sederhana. Kebetulan di daerah tersebut ada seorang tuan tanah keturunan Tionghoa. Akhirnya mereka semua ditampung dan dibiarkan mendirikan pondok di sekitar tanah miliknya. Lalu menjelang subuh orang-orang keturunan Tionghoa tersebut bersiap-siap untuk berangkat ke pasar Depok. Kampung Bojong berubah nama menjadi kampung Pondok Cina pada tahun 1918. Masyarakat sekitar daerah tersebut selalu menyebut kampung Bojong dengan sebutan Pondok Cina. Lama-kelamaan nama Kampung Bojong hilang dan timbul sebutan Pondok Cina sampai sekarang.

Belajar Sejarah di Mal

Kini, daerah Pondok Cina sudah semakin padat. Ditambah lagi dengan berdirinya kampus UI Depok pada pertengahan 80-an, di kawasan ini banyak berdiri rumah kost bagi mahasiswa. Toko-toko pun menjamur di sepanjang Jalan Margonda Raya yang melintasi daerah Pondok Cina. Mulai toko buku, warung internet, warung makan, restoran hingga mal, semuanya hadir di Pondok Cina. Namun yang paling khas adalah para penjual buku bekas yang ada di sepanjang Stasiun Pondok Cina. Keberadaan para penjual buku bekas seakan sudah menjadi trademark dari Pondok Cina itu sendiri. Kalau mau beli buku murah, silahkan Anda datang dan mencari sendiri ke sana! Dijamin, buku apapun yang Anda cari akan Anda dapatkan. Jika tak ada, ya, Anda bisa memesannya pada si penjual.
Ada lagi yang juga menjadi trademark-nya Pondok Cina yaitu Rumah Tua Pondok Cina. Sepintas rumah tersebut tampak sederhana. Arsitekturnya bergaya Indies. Namun nilai sejarah yang dimilikinya sangat berharga. Sebab, Rumah Tua Pondok Cina sangat identik dengan sejarah panjang keberadaan etnis Tionghoa di Depok.
Situs tersebut merupakan saksi sejarah bagaimana etnis ini berusaha tetap eksis di wilayah Depok sekitar abad ke-18. Akhirnya tanah tersebut dibeli seorang warga Tionghoa bermarga Tan. Konon keluarga marga Tan inilah yang kemudian membangun Rumah Tua Pondok Cina serta menyediakan lahan pekuburan bagi keluarga dan penduduk sekitar.
Kini, Rumah Tua Pondok Cina telah masuk dalam bagian Margo City, sebuah mal besar yang berdiri di Jalan Margonda Raya. Meski arsitekturnya tak berubah, namun Rumah Tua Pondok Cina telah berubah menjadi sebuah cafĂ©. Di depannya terdapat kawasan O Zone, sebagai tempat nongkrong anak muda untuk melakukan kegiatan di ruang terbuka, seperti futsal, basket 3 on 3, wall climbing, cycling, skateboard, jogging track hingga playground area. Di tiang lorong sepanjang jalan masuk menuju mal, berdekatan dengan Rumah Tua Pondok Cina, terpasang foto-foto lama Kota Depok disertai sejarah singkat. Begitulah, para pengunjung mal, terutama anak muda Depok, kini dapat belajar tentang sejarah kotanya di mal! Gong Xi Fa Cai…!

Tidak ada komentar: