:

24 November 2009

Pengusaha dan Malaikat


Seorang pengusaha sukses jatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap, malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya.
"Jika dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia!" kata malaikat.
"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." jawab si pengusaha dengan yakin.
Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, malaikat kembali mengunjunginya. Penuh antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2 ribu orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."
Dengan lembut malaikat berkata, "Aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."
Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, malaikat menunjukkan layar besar yang memperlihatkan 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari isteri si pengusaha, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putera-puterinya yang berdoa dengan khusuk dengan air mata di pipi mereka.
Kata Malaikat, "Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua - itu karena doa isterimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."
"Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik! Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri," doa sang isteri.
Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha. Timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta isteri dan anak-anak padanya.
Dengan setengah bergumam dia bertanya, "Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"
"Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah.”
Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan isterinya yang setia.
Pukul 24.00, malaikat berkata, "Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu!! Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24.00."
Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.
"Bukankah itu panti asuhan?" kata si pengusaha pelan.
"Benar anakku, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."
"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca berita di koran, tentang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU. Akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."
Jadi pembaca, bayangkan jika diri Anda mati nanti, apakah orang di sekeliling Anda akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian Anda? Mumpung masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang-orang di sekitar kita.

Tidak ada komentar: